Pada masa modern ini ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mengakar ke dalam segala sisi kehidupan termasuk menawarkan
penjelasan akan fenomena alam. Tetapi ritual, budaya atau tardisi kuno masih
ada pula yang mampu bertahan, meskipun dipandang sebelah mata. Sihir, sulap,
mantra yang dulunya dihormati kini lebih sering dianggap sebagai penipuan. Pada
masa lalu, peran penyihir dan dukun sangat dihormati di banyak kebudayaan
karena mereka adalah orang-orang yang dianggap mampu mengontrol kekuatan yang tak
terlihat dan menafsirkan kehendak Tuhan. Selain itu, mereka mampu melindungi
raja atau kekuasaan keluarga, dan menjaga stabilitas sebuah kerajaan.
Ilustrasi Aktivitas Penyihir,
Jika kita dapat mengamati ada sebuah kata
sihir atau matra yang telah melekat dalam pikiran hampir semua manusia dari
segala umur yaitu Abracadabra. Kata
tersebut telah menjadi sebuah kata ajaib yang paling umum meskipun hingga
sekarang belum terdefinisikan maknanya.
Pada masa lalu, kata itu dianggap sebagai
mantra ampuh untuk digunakan dalam kasus demam atau infeksi. Sumber tertua yang
menyebutkan kata Abrakadabra adalah Liber medicinalis - juga dikenal sebagai De
Medicina Praecepta Dijual Berrima - oleh Quintus Serenus Sammonicus, seorang
dokter di istana Kaisar Romawi Caracalla pada abad ketiga. Dan Kaisar Romawi
sait itu selalu memakai jimat yang diberikat oleh Sammonicus tersebut. Jimat
tersebut berisi kata-kata tertulis Abracadabra dalam bentuk segitiga terbalik:
Gambar
Segitiga Terbalik Abracadabra
Sumber: http://www.ancient-origins.net/
Orang-orang pada saat itu percaya bahwa
jimat tersebut akan dapat menghindarkan sang pemakainya dari rasa sakit. Bahkan
hal ini tercatat dalam buku-buku kedokterab saait itu. Pemakaian jimat ini juga
dipakai oleh bangsa Mespotamia Kuno yang juga memiliki ritual pengusiran setan,
ritual penyembuhan penyakit, dan ramalan astronomi. Kaisar Caracalla bukanlah
satu-satunya orang yang memilih belajar
sihir guna menghidar dari kekuatan jahat. Kaisar Geta dan Severus
Alexander juga mengikuti rekomendasi Serenus Sammonicus menggunakan mantra
untuk tujuan yang sama.
Beberapa peneliti telah mencoba memahami
etimologi dari kata Abracadabra.
Terdapat beberapa teori utama yang telah dihasilkan. Pertama Abracadabra berasal dari bahasa Aram
“Avrah Kadabrah’ yang berarti, "Aku akan menciptakan karena saya
bicara" atau "Kata penyihir akan menjadi kenyataan." Penelitian
lain melaporkan kata yang berasal dari Arab "Abra Kadabra", yang
berarti "membiarkan hal dihancurkan," yang dalam hal ini mengacu pada
penyakit. Daripada kutukan, para peneliti berpendapat kalimat bahasa Aram ini digunakan
sebagai sarana menyembuhkan penyakit.
Teori kedua mengatakan bahwa abrakadabra
bisa menunjukkan kata-kata Ibrani "ab" (ayah), "ben”(son), dan “ruach
HaKodesh" (roh kudus). Satu teori terakhir adalah bahwa kata itu berasal
dari Abraxas, istilah yang ditemukan pada batu dan permata yang digunakan
sebagai jimat. Abracadabra bisa
menggambarkan sebuah mediasi yang terjadi antara manusia dan Dewa Matahari.
Gambar Batu Dengan Ukiran Kata Abracadabra
dari Abraxas
Sumber: http://www.ancient-origins.net/
Pentingnya hubungan antara kekuatan Abracadabra dan penyembuhan dari
Matahari hadir di beberapa jimat dan permata di peradaban kuno yang berfungsi untuk
mengusir kekuatan jahat, ditulis dengan tujuan apotropaic. Arkeolog menemukan
banyak jimat dalam bentuk segitiga dengan kata Abracadabra. Mantra kata itu dulu dinyanyikan dari atas segitiga
dengan huruf akhir "A" di bagian bawah. Mereka percaya penyakit akan
berkurang selama mantra itu ada dan akhirnya menghilang.
Singkatnya, Abracadabra dianggap memiliki kekuatan penyembuhan yang kuat dan
kekuatannya dipercaya bertahan dalam tradisi modern. Bahkan jimat Abracadabra
ini juga dipakai pada masa yang lebih modern pada sekitar tahun 1665 dan 1666.
Saat itu seluruh kota hancur karena wabah penyakit. Daniel Defoe yang dianggap
sebagai bapak dari para novelis Inggris menulis dalam bukunya yang berjudul “The
History of the Plague in London” bahwa orang-orang yang mulai putus asa
menulis kata Abracadabra di atas
pintu rumahnya agar terhindar dari wabah.
Terkadang rasa putus asa mampu mengalahkan
akal dan takhayul mengaburkan akal, manusia seringkali kehilangan arah. Sangat
penting bahwa kita tidak membiarkan ketidaktahuan meredupkan cahaya terang
pengetahuan.
Sumber:
ConversionConversion EmoticonEmoticon