Steatment
yang beredar hingga sekarang ini bahwa kelompok pertama manusia modern Afrika
telah mulai melakukan diaspora pada sekitar 70.000 tahun yang lalu. Tetapi
perjalanan mereka berhenti di daerah Timur Tengah dalam perjalanan menuju Eropa
dan Asia. Sekitar 3.000 tahun yang lalu, sekelompok petani dari suatu daerah di
Timur Tengah (sekarang masuk Turki) kembali ke daerah Tanduk, Afrika dengan
membawa tanaman seperti gandum, barley, dan barang-barang kerajinan mereka.
Sejak
manusia muncul di Afrika, DNA dari orang Afrika kuno bisa memberikan dasar
genetik berharga yang akan membuat lebih mudah bagi para ilmuwan untuk melacak
perubahan genom dari waktu ke waktu. Sayangnya DNA tersebut telah sulit
didapat. DNA tidak tercipta untuk dapat bertahan selama ribuan tahun. Sampel
DNA kuno yang telah diurutkan sampai saat ini diekstrak/didapat dari tubuh
manusia kuno di Eropa dan Asia, didapatkan dari “mayat” yang secara alami
dibekukan oleh iklim yang dingin.
Artikel
ini akan menceritakan bahwa mengapa orang Ethiopia begitu istimewa karena menjadi kunci untuk
mengungkapkan asal usul bangsa Afrika. Sebuah mayat manusia kuno dalam kondisis
tertelungkup ditemukan di Gua Mota, yang terletak di bagian selatan Ethiopia.
Iklim yang dingin dan kondisi kering di dalam gua, telah mengawetkan DNA-nya. Para
ilmuwan pun dapat mengambil sampel dari tulang petrosa yang ada di dasar
tengkoraknya. Gua tersebut dipekirakan merupakan sebuah kuburan. Mota hidup
dalam budaya pemburu dan pengumpul.
Gua Tempat Mota ditemukan
Berdasarkan
uji radiokarbon menunjukkan bahwa fosil mayat tersebut berusia 4.500 tahun. Ini
menunjukkna bahwa Molta (para ilmuwan menamainya) hidup sebelum migrasi
keturunan manusia Afrika di Eropa kembali lagi ke Afrika. Berdasarkan hasil
uji, Molta tidak memiliki varian genetik untuk mata berwarna terang dan kulit
cerah. Genetik Mota tidak sama dengan populasi Afrika yang telah melakukan
migrasi meninggalkan Afrika, serta genetiknya juga tidak sama dengan petani
Eurasia yang kembali lagi ke Afrika.
Mota
memiliki tiga varian genetik yang mana telah membantu manusia modern Ethiopia
untuk dapat tinggal yang tinggi – sekarang ini posisi kota Mota terletak di
ketinggian 8.100 kaki dari atas permukaan laut-. Ketika para ilmuwan membanding
genom Mota dengan manusia kotemporer, maka hasil yang didapatkan yaitu hubungan
terdekat Molta adalah dengan masyarakat Ethiopia selatan.
Para
ilmuwan terus-menerus berusaha menemukan petunjuk baru yang dapat membantu
mereka memecahkan teka-teki yang tidak pernah berakhir mengenai evolusi
manusia. Penemuan Mota diharapkan dapat membantu untuk membuka tabir rahasia bahwa
populasi Afrika sekarang ini memiliki lebih banyak keturunan Eurasia daripada
yang diperkirakan sebelumnya.
Sosok Manusia Afrika Sekarang ini
Ketika
membandingkan genom manusia Ethiopia kuno tersebut dengan manusia modern
Afrika, peneliti menemukan bahwa populasi Afrika Timur sekarang memiliki
seperempat keturunan Eurasia. Sementara mereka yang berada jauh di barat dan selatan
Afrika setidaknya memiliki lima persen dari genom migran Eurasia. Hal ini
menunjukkan bahwa migrasi yang dilakukan Eurasi untuk kembali ke Afrika jauh
lebih besar. Secara kasat mata, gelombang Eurasia kembali ke Tanduk Afrika bisa
saja sebanyak 30 persen dari populasi yang sudah tinggal di daerah itu. Menjadi
pertanyaan sekarang ini, mengapa dapat terjadi migrasi besar penduduk Eurasia
ke Afrika?. Tidak ada perubahan iklim yang jelas, tampaknya telah memaksa
mereka untuk bermigrasi kembali ke Afrika. Fakta menunjukkan bahwa kedatangan
mereka bertepatan dengan masuknya tanaman Timur ke Afrika. Hal ini menunjukkan bahwa migran
adalah keturunan langsung dari/setidaknya sangat erat kaitannya dengan petani
Neolitik yang membawa gandum dan pertanian barley ke Barat Eurasia sekitar
7.000 tahun yang lalu dan kemudian bermigrasi ke Tanduk Afrika.
“Afrika dipandang
sebagai melting pot raksasa, memahami migrasi kuno merupakan langkah besar
dalam memahami keturunan Afrika secara keseluruhan”.
Sumber:
ConversionConversion EmoticonEmoticon