Banyak peristiwa alam yang terjadi di
bumi ini, ada yang nampak menakutkan tetapi ada pula yang nampak indah. Salah satunya
adalah gerhana, baik itu matahari dan bulan yang menimbulkan kegelapan di bumi
ini untuk sementara waktu. Bagi manusia modern, peristiwa ini harus dinikmati
karena keindahannya. Tidak demikian dengan manusia kuno, hadirnya kegelapan
ketika peristiwa ini sangat ditakuti. Di beberapa peradaban kuno yang telah
maju seperti di Babilonia dan Cina, peristiwa gerhana telah dicatat pada 4.000
tahun yang lalu. Sementara itu, Mesir telah mengamati peristiwa ini sejak
4.5000 tahun yang lalu.
Perhitungan astronomi memungkinkan
para astronom untuk menghitung tanggal dan jalannya gerhana terakhir dengan
akurasi yang besar. Beberapa catatan gerhana kuno sangat akurat dan signifikan.
Para astronom telah memeriksa catatan gerhana kuno untuk mengukur tingkat
putaran bumi pada porosnya selama ribuan tahun.
Cina Kuno
Dalam keyakinan bangsa Cina kuno,
gerhana matahari dan bulan dianggap sebagai tanda-tanda dari surgawi yang akan
meramalkan masa depan Kaisar. Oleh karena itu memprediksi waktu terjadinya
gerhana merupakan hal yang penting dalam kelangsungan negara. Pada sekitar
4.000 tahun yang lalu, 2 orang ahli astronomi Cina dijatuhi hukuman mati karena
salah memprediksi waktu terjadinya gerhana.
Bangsa Cina percaya bahwa gerhana
matahari terjadi karena naga memakan matahari. Demikian pula ketika terjadi
gerhana bulan, bahwa bulan dimakan oleh matahari. Istilah gerhana dalam bahasa
Cina adalah “Chih” yang artinya makan. Ketika gerhana terjadi, masyarakat Cina
kuno akan memukul drum dan panci agar menimbulkan suara keras yang diyakini
akan membuat naga takut lalu pergi. Mulai abad ke-19, angkatan laut Cina
menembakkan meriam selama gerhana.
Mesopotamia
Astronomi juga telah berkembang di
Mesopotamia, yang terletak di dataran antara dua sungai besar Tigris dan Efrat.
Seperti astronom China, para astronom Mesopotamia mengamati gerakan Matahari,
Bulan dan planet-planet dengan hati-hati dan mencatatnya serta menggagapnya
sebagai petunjuk dari surga. Dunia astronomi Mesopotamia telah dianggap
memberikan kontribusi luar biasa untuk astronomi kuno.
Tiga catatan gerhana matahari yang terkenal
dibuat di Mesopotamia; salah satunya adalah gerhana pasa 3 Mei 1375 SM, yang
terlihat di kota Ugarit (kini terletak Suriah). Peristiwa gerhana matahari
total "yang merubah siang menjadii
malam" terjadi pada 31 Juli 1036 SM . Sementara itu catatan Asyur untuk
gerhana matahari terjadi pada 15 Juni 763 SM yang diamati di kota Niniwe.
Yunani Kuno
Para astronom Yunani kuno telah
membuat kontribusi yang luar biasa untuk astronomi dan karya-karya mereka tetap
berpengaruh sampai zaman Renaissance. Eratosthenes (276SM-194 SM) memperkirakan
keliling Bumi dengan akurasi yang luar biasa dengan mengukur sudut dari
bayang-bayang yang terjadi pada siang hari di Aswan dan Alexandria pada hari
titik balik matahari musim panas.
Aristarchus ( 320SM-250 SM) membuat
perkiraan kasar dari diameter bulan dan mengusulkan model heliosentris pertama.
Dalam model ini, Matahari, bukan Bumi, adalah pusat dari alam semesta. Hipparchus
(190-120 SM) melakukan pengukuran pertama presesi dan menyusun katalog bintang
pertama.
Para astronom Yunani kuno memiliki
pengetahuan yang besar juga tentang gerhana. Sebuah fragmen puisi yang dituli
Archilochus (680SM-645 SM), yang adalah seorang penyair dan tentara Yunan,
tampaknya jelas menggambarkan gerhana matahari total yang tejadi pasa zamannya:
Tidak
ada di luar harapan,
tidak
ada yang tidak mungkin untuk bisa disumpah,
tidak
ada yang indah, karena Zeus,
ayah
dari Olympians,
membuat
malam dari tengah hari,
menyembunyikan
cahaya Matahari bersinar,
dan
tiba laki-laki menjadi takut
Herodotus, bapak sejarah dan filsu
Yunani, yang hidup pada abad 5 SM, menyebutkan bahwa Thales (624 SM-547 SM),
memprediksi gerhana matahari pada 28 Mei 585 SM akan mengakhiri konflik serta
peperangan antara Lidia dan Media. Dan kenyataanya hal ini benar terjadi,
ketika Lidia dan Media sedang berperang di siang hari, tiba-tiba terjadi
gerhana matahari. Setelah gerhana selesai kedua negara ini bersepakat untuk
berdamai.
Claudius Ptolemy (ca. 87-150 CE) menulis
tentang gerhana dalam karya epiknya “Almagest”. tulisannya menunjukkan bahwa ia
mempelajari orbit bulan dengan akurat dan memiliki skema canggih untuk
memprediksi gerhana matahari dan bulan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon